Rabu, 27 Maret 2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sejak awal kehadirannya, Islam telah memberikan perhatian yang amat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran dalam arti seluas-luasnya. Hal ini antara lain dapat dilihat pada apa yang secara normatif-teologi ditegaskan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, dan pada apa yang secara empiris dapat dilihat dalam sejarah. Secara normatif-teologis, sumber ajaran Islam, al-Qur’an dan al-Sunnah yang diakui sebagai pedoman hidup yang dapat menjamin keselamatan hidup di dunia dan akhirat, amat memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan. Demikian pula secara historis empiris, ummat Islam telah memainkan peranan yang amat signifikan dan menentukan dalam bidang pendidikan yang hasil-hasilnya hingga kini masih dapat dirasakan. Kemajuan yang dicapai oleh umat Islam dalam bidang pendidikan pada khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya telah melampui apa yang dicapai para pemikiran Yunani klasik seperti Plato dan Aristoteles serta pemikiran Eropa modern seperti Covernicus, Galilei dan lain sebagainya.
Al-Qu’an adalah kitab suci, pedoman hidup untuk umat manusia sampai akhir zaman. Tiada kitab yang sangat spesifik, detail serta akurat salain kitab Al-Qur’an dari kejadian sebelum dan sesudah terjadi, segala macam hal tertera didalamnya.
Mengikuti  alur zaman yang selalu berkembang ini, dan banyak dari manusia yang hanya mengaku islam tetapi tidak mempelajari dan mengamalkannya sebagai orang pendidikan  patutlah mempelajari Ilmu yang membahas tentang isi dari Al-Qur’an diantaranya Ilmu tafsir.

B.       Rumusan Masalah
       Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sedikit diatas dapat dirumuskan masalah, yaitu:
       B.1   Apa makna dari kosah kata dalam suart Al-Alaq ayat 1-5 ?  
       B.2    Apakah isi tafsir yang terkandung dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 ?
       B.3    Intisari dari pembahsan surat Al-Alaq ayat 1-5 ?

C.      Tujuan Masalah
       C.1 Memahami kosah kata dalam surat Al-Alaq ayat 1-5
       C.2 Mengatahui serta memahami isi dari surat Al-Alaq ayat 1-5
       C.3 Memahami dan mengamalkan intisari dari surat Al-Alaq ayat 1-5

D.      Manfaat Masalah
       Hasil dari penulisan ini sedik hanya menambah ilmu pengetahuan, menganalisis surat Al-Alaq ayat 1-5,  serta masih banyak manfaat yang pasti belum kami ketahui yang membahas surat Al-Alaq  ayat 1-5. Khususnya untuk penulis dan semua pihak dari Jurusan Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurusan dan runag lingkup Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

E.       Sistematika Penulisan
       Sistematika penulisan makalah ini secara berurutan dapat dirinci sebagai berikut :

BAB I          :    Pendahuluan, berisi pemaparan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II         :    Pembahasan, rincian surat al’alaq dengan terjemahannya, makna kosa kata, tafsiran ayat dan hubungan antara surat al’alaq dengan ideologi pendidikan islam.
BAB III       :    Penutup berisi pemaparan tentang kesimpulan dan evaluasi.


BAB II
MATERI INTI

A.      Teks Al-Qur’an dan Terjemahnya






Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.



  1. Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (sekalian makhluk),

    Ia menciptakan manusia dari sebuku darah beku;

    Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, -

    Yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan, -




    Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.


B.       Makna Kosa Kata (Mufradat’)

اقْرَأْ         :    bacalah
رَبِّكَ   بِاسْمِ    :   dengan menyebut nama Tuhanmu
خَلَقَ الَّذِي       :   Yang menciptakan
 الْإِنسَانَ خَلَقَ   :   Dia telah menciptakan manusia
عَلَقٍمِنْ          :    dari ‘alaq
الْأَكْرَمُ وَرَبُّكَ    :    dan Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah
عَلَّمَ الَّذِي       :    Yang mengajar
بِالْقَلَمِ           :    dengan qalam
الْإِنسَانَ عَلَّمَ     :    Dia mengajarkan kepada manusia
يَعْلَمْ لَمْ مَا        :    apa yang tidak diketahuinya


C.      Tafsir Ayat
Tafsiran Ayat ke 1 :
1)   Dalam hadis sahih riwayat Bukhari dinyatakan bahwa ke gua Hira’ suatu gua yang terletak di atas sebuah bukit pinggir kota mekah untuk berkhalwat beberapa malam. Kemudian sekembali beliau pulang mengambil bekal dari rumah isteri beliau, Khadijah, datanglah Jibril kepada beliau dan menyuruhnya membaca.
Nabi menjawab : “Aku tidak bisa membaca”. Jibril merangkulnya sehingga Nabi merasa sesak nafas. Jibril melepaskannya sambil berkata : “Bacalah”. Nabi menjawab : “Aku tidak bisa membaca”. Lalu dirangkulnya lagi dan dilepaskannya sambil berkata : “Bacalah”. Nabi menjawab : “Aku tidak bisa membaca” sehingga Nabi merasa payah, maka Jibril membacakan ayat 1 sampai ayat 5 surat Al ‘Alaq yang artinya.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptkan.
Dia telah menciptakan manusia dari (sesuatu) yang melekat. Bacalah !,
dan Tuhanmu Yang Paling Pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Lalu Nabi saw dengan gemetar dan ketakutan pulang menemui isteri beliau dan mengatakan : “Selimutilah aku ! Selimutilah aku !”. nabi terus diselimuti sehingga hilanglah kegelisahannya. Lalu beliau menceritakan kepada Khadijah apa yang terjadi, dan beliau menambahkan : “Aku sangat kuatir apa yang akan terjadi atas diriku”. Khadijah berkata : “Tak usah kuatir; malah seharusnya engkau gembira; demi Allah sekali-kali Tuhan tidak akan menyusahkanmu. Engkau menghubungkan silaturrahmi, berbicara benar, membantu orang-orang yang tidak mampu, menghormati tamu dan meringankan kesulitan-kesulitan penderita”.
Kemudian Khadijah membawa Nabi saw menemui Waraqah bin Naufal (anak paman Khadijah). Waraqah bin Naufal ini adalah seorang beragama Nasrani. Ia banyak menulis buku yang berhasa Arab dan berbahasa Ibrani yang berasal dari Injil. Ia adalah seorang tua lagi buta.
Khadijah berkata kepadanya : “Wahai anak pamanku, dengarlah cerita dari anak saudaramu ini !”. Lalu waraqah bertanya : “Apakah yang ingin engkau ketahui wahai anak saudaraku?”. Lalu Nabi saw menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi di gua Hira’. Kemudian Waraqah berkata : “Itu adalah Jibril yang pernah datang menemui Isa as; sekiranya saya ini seorang pemuda yang tangkas dan kiranya saya masih hidup ketika kaummu mengusirmu”, maka Nabi bertanya : “Apakah mereka akan mengusir aku?”. Jawab Waraqah : “Ya! hanya sedikit yang mengemban apa yang engkau bawa ini dan banyak yang memusuhinya, maka jika aku masih kuat hidup di waktu itu pasti aku akan membantumu sekuat-kuatnya”. Tidak lama sesudah itu Waraqah pun meninggal dunia.[1]
Berdasarkan hadis tersebut jelaslah bahwa lima ayat pertama surat Al’Alaq ini adalah ayat-ayat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan sebagai rahmat dan panggilan Allah yang pertama kali yang dihadapkan kepada Nabi saw.
Adapun ayat-ayat lainnya diturunkan sesudah tersiarnya berita kerasulan Nabi saw dan sesudah Nabi mulai mengajak orang-orang beriman kepadanya. Ajakan Nabi ini pada mulanya disambut oleh sebahagian kecil orang-orang Quraisy, sedang kebanyakan mereka mengejek-ejek orang yang telah beriman dan berusaha agar jangan beriman kepada agama yang di bawa Muhammad dari Tuhannya.
Allah menyuruh Nabi agar membaca, sedang beliau tidak pandai membaca dan menulis, maka dengan kekuasaan Allah ini beliau dapat mengikuti ucapan Jibril. Dan Allah akan menurunkan kepadanya suatu Kitab yang akan menjadi petunjuk bagi manusia.
Maksudnya, bahwa Allah yang menjadikan dan menciptakan seluruh makhluk-Nya dari tidak ada kepada ada, sanggung menjadi Nabi Nya pandai membaca tanpa belajar.

Tafsiran Ayat ke 2 :
2)   Dalam ayat ini Allah mengungkapkan cara bagaimana ia menjadikan manusia; yaitu manusia sebagai makhluk yang mulia dijadikan Allah dari sesuatu yang melekat dan diberinya kesanggupan untuk menguasai segala sesuatu yang ada di bumi ini serta menundukkannya untuk keperluan hidupnya dengan ilmu yang diberikan Allah kepadanya. Dan Dia berkuasa pula menjadikan insan kamil ( manusia yang sempurna ) di antara manusia, seperti Nabi saw yang pandai membaca walaupun tanpa belajar.

Tafsiran Ayat ke 3 :
3)   Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kembali Nabi Nya untuk membaca, karena bacaan tidak dapat melekat pada diri seseorang kecuali dengan mengulang-ngulangi dan membiasakannya, maka seakan-akan peirntah demikian isi bacaan itu menjadi satu dengan jiwa Nabi saw sesuai dengan maksud firman Allah dalam ayat yang lain pada surat Al'Ala ayat 6 yang artinya :

Kami akan membacakan (Al Qur’an) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa.[2]

Nabi saw dapat membaca adalah dengan kemurahan Allah. Dia mengabulkan permintaan orang-orang yang meminta kepada Nya, maka dengan limpahan karunia Nya dijadikan Nabi Nya pandai membaca. Dengan demikian hilanglah keuzuran Nabi saw yang beliau kemukakan kepada Jibril ketika menyuruh beliau membaca : “Saya tidak pandai membaca, karena saya seorang buta huruf yang tak pandai membaca dan menulis”.

Tafsiran Ayat ke 4 :
4)   Kemudian dengan ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia menyediakan kalam sebagai alat untuk menulis, sehingga tulisan itu menjadi penghubung antar manusia walaupun mereka berjauhan tempat, sebagaimana mereka berhubungan dengan perantaraan lisan. Kalam sebagai benda pada yang tidak dapat bergerak dijadikan alat informasi dan komunikasi, maka apakah sulitnya bagi Allah menjadi Nabi Nya sebagai manusia pilihan Nya bisa membaca, berorientasi dan dapat pula mengajar.
Allah menyatkan bahwa Dia menjadikan manusia dari ‘Alaq lalu diajarinya berkomunikasi dengan perantaraan kalam. Pernyataan ini menyatakan bahwa manusia diciptakan dari sesuatu bahan hina dengan melalui proses, sampai kepada kesempurnaan sebagai manusia sehingga dapat mengetahui segala rahasia sesuatu, maka seakan-akan dikatakan kepada mereka, “Perhatikanlah hai manusia bahwa engkau telah berubah dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat yang paling mulia, hal mana tidak mungkin terjadi kecuali dengan kehendak Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana menciptakan segala sesuatu sesuai dengan kehendak Nya.

Tafsiran Ayat ke 5 :
5)   Kemudian dalam ayat ini Allah menambahkan keterangan tentang limpahan karunia Nya yang tidak terhingga kepada manusia, bahwa Allah yang manjadikan Nabi Nya pandai membaca. Dia lah Tuhan yang mengajar manusia bermacam-macam ilmu pengetahuan yang bermanfaat baginya yang menyebabkan dia lebih utama dari pada binatang-binatang, sedangkan manusia pada permulaan hidupnya tidak mengetahui apa-apa. Oleh sebab itu apakah menjadi suatu keanehan bahwa Dia mengajar Nabi Nya pandai membaca dan mengetahui bermacam-macam ilmu pengetahuan serta Nabi saw sanggup menerimanya.
Dengan ayat-ayat ini terbuktilah tentang tingginya nilai membaca, menulis dan berilmu pengetahuan. Andaikata tidak karena kalam niscaya banyak ilmu pengetahuan yang tidak terpelihara dengan baik, banyak penelitian yang tidak tercatat dan banyak ajaran agama hilang, pengetahuan orang dahulu kala tidak dapat dikenal oleh orang-orang sekarang baik ilmu, seni dan ciptaan-ciptaan mereka.
Demikian pula tanpa pena tidak dapat diketahui sejarah orang-orang yang berbuat baik atau yang berbuat jahat dan tidak ada pula ilmu pengetahuan yang menjadi pelita bagi orang-orang yang datang sesudah mereka. Lagi pula ayat ini sebagai bukti bahwa manusia yang dijadikan dari benda mati yang tidak berbentuk dan tidak berupa dapat dijadikan Allah menjadi manusia yang sangat berguna dengan mengajarinya pandai menulis, berbicara dan mengetahui semua macam ilmu yang tidak pernah diketahuinya.

D.      Hubungan Surat Al’Alaq dengan Ideologi Pendidikan Islam
Sejak awal abad 20 sampai sekarang humanisme merupakan konsep kemanusiaan yang sangat berharga karena konsep ini sepenuhnya memihak pada manusia, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dan menfasilitasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia untuk memelihara dan menyempurnakan keberadaannya sebagai makhluk mulia. Demikian berharganya konsep ini humanisme ini, maka terdapat sekurang-kurangnya empat aliran penting yang mengklaim sebagai pemilik asli konsep humanisme, yaitu 1) Liberalisme Barat, 2) Marxisme, 3) Eksistensialisme, dan 4) Agama.
Keempatnya memiliki titik-titik kesepakatan mengenai prinsip-prinsip dasar kemanusiaan sebagai nilai universal. Dalam hal ini Ali Syari’ati mendeskripsi ke dalam tujuh prinsip, yaitu :
1.    Manusia adalah makhluk asli, artinya ia mempunyai substansi yang mandiri di antara makhluk-makhluk lain, dan memiliki esensi kemuliaan.
2.    Manusia adalah makhluk yang memiliki kehendak bebas yang merupakan kekuatan paling besar dan luar biasa. Kemerdekaan dan kebebasan memilih adalah dua sifat ilahiah yang merupakan ciri menonjol dalam diri manusia.
3.    Manusia adalah makhluk yang sadar (berpikir) sebagai karakteristik manusia yang paling menonjol. Sadar berarti manusia dapat memahami realitas alam luar dengan kekuatan berpikir.
4.    Manusia adalah makhluk yang sadar akan dirinya sendiri, artinya dia adalah makhluk hidup satu-satunya yang memuliki pengetahuan budaya dan kemampuan membangun perasadaban.
5.    Manusia adalah makhluk kreatif, yang menyebabkan manusia mampu menjadikan dirinya makhluk sempurna di depan alam dan dihadapan tuhan.
6.    Manusia makhluk yang punya cita-cita dan merindukan sesuatu yang ideal, artinya dia tidak menyerah dan menerima “apa yang ada”, tetapi selalu berusaha megubahnya menjadi “apa yang semestinya”.
7.    Manusia adalah makhluk moral, yang hal ini berkaitan dengan masalah nilai (value).

Humanisme yang diangkat menjadi paradigma ideologi Islam pada dasarnya juga bertolak dari ketujuh prinsip dasar kemanusiaan tersebut yang implisit dalam konsep fitrah manusia. Namun demikian, humanisme dalam pandangan Islam tidak dapat dipisahkan dari prinsip teosentrisme. Dalam hal ini, keimanan ”tauhid” sebagai inti ajaran Islam, menjadi pusat seluruh orientasi nilai. Namun perlu diperjelas, bahwa semua itu kembali untuk manusia yang dieksplisitkan dalam tujuan risalah Islam, Rahmatan lil ’alamin (rahmat bagi seluruh alam).

Dalam ideologi pendidikan islam terdapat proses pendidikan, metode pendidikan, dan juga media/alat pendidik, diantara ketiga tersebut akan dibahas dibawah ini, yaitu :
a)    Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya. Kedua segi tersebut satu sama lain saling tergantung. Walaupun komponen-komponennya cukup baik, seperti tersedianya prasarana dan sarana serta biaya yang cukup, juga ditunjang dengan pengelolaan yang andal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara optimal. Demikian pula bila pengelolaan baik tetapi di dalam kondisi serba kekurangan, akan mengakibatkan hasil yang tidak optimal.
Dalam proses pendidikan pun terdapat lima komponen yang diperlukan dalam proses pendidikan, yaitu :
1.    Anak Didik.
Anak didik merupakan pusat proses pendidikan. Ibarat lakon dalam sinetron, mereka yang menjadi peran utama dalam setiap proses pendidikan. Peran utama tidak boleh melakukan adegan diluar skenario yang telah digariskan.  Peran utama justru dianjurkan untuk melakukan improvisasi. Pemain hanya bisa memilih sebelum lakon dikumandangkan. Mau jenis laga, drama, atau humor.
2.    Orang Tua.
Sebelum pendidikan yang seperti kita sekarang kita kenal, orang tua berperan sebagai pendidik utama. Tak heran, bila orang tua berprofesi pedagang, akan mengular sampai sekian keturunan memilih profesi pedagang. Karena sesungguhnya orang tua berperan sebagai pelatih, mentor, penyelesai masalah dalam lingkungan keluarga.
Pendidikan yang sesungguhnya ada dalam keluarga. Keluarga yang sangat berpengaruh dalam perkembangan proses pendidikan. Hampir bisa dipastikan, bahwa orang sukses dikarenakan faktor keluarga.
3.    Guru.
Setelah pendidikan mengalami perkembangan yang signifikan, tidak mungkin seseorang menguasai berbagai macam ilmu. Oleh karenanya, keluarga mulai rela melepas proses pendidikan yang semula di rumah, berpindah ke lembaga pendidikan. Guru yang menerima estafet amanah untuk membimbing, memiliki peran yang sentral. Karena kedudukan guru sebagai pendidik, pengajar, berperan sebagai model.
Peran guru yang demikian komplek, mengharuskan selalu menata ulang tata kelola guru. Tata kelola ini mengarah kepada kepribadian dan profesi. Kalau diibaratkan, bateray harus selalu dalam kondisi penuh. Selalu dicharge secara terus-menerus.
4.    Sekolah.
Hemat penulis, seharusnya sekolah harus dipilah dengan peran guru. Sekolah mestinya lebih fokus dalam menangani sarana, system, metode dan teknis. Maka kalau ada lembaga pendidikan yang telah memilah urusannya masing-masing, model lembaga pendidikan semacam ini bisa dijadikan contoh. Misalnya, Kepala Sekolah hanya konsentrasi pada kegiatan pembelajaran. Sementara ada sebuah tim yang telah memikirkan sarananya. Ada tim yang telah menyiapkan dana.
5.    Lingkungan Masyarakat.
Inilah satu komponan yang terkadang menjadi kambing hitam. Bila ada siswa yang tidak mentaati tata tertib, akan dengan mudah menuding karena pengaruh lingkungan. Kalau ada sekolah yang sudah berpuluh tahun tidak berprestasi, akan dengan mudah karena lingkungan tidak mendukung. Selama sekolah tidak bisa merangkul masyarakat, maka sekolah itu tak akan pernah mendapat dukungan masyarakat.
b)   Metode Pendidikan
Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan kependidikannya kearah tujuan yang dicita-citakan. bagaimana baik dan sempurnanya kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik .
Secara literal metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua kata, yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui, sebagai dikutip oleh Mohammad Noor Syam secara teknis menerangkan bahwa metode adalah :
1.    Suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan.
2.    Suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu.
3.    Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.
Sementara Al-Syaebany, menjelaskan bahwa metode pendidikan adalah segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangaka memberikan pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitar untuk mencapai proses belajar yang diinginkan.

BAB III
PENUTUP

Simpulan :
1.    Manusia dijadikan dari ’Alaq (yang melekat)
2.    Perintah menyuruh baca kepada Nabi Muhammad saw dan dengan perintah tersebut Nabi terus pandai membaca.
3.    Manusia yang pada mulanya tidak mengetahui apa-apa, lalu pandai membaca, menulis dan mendapat ilmu pengetahuan berharga.

Di dalam ayat-ayat ini (surat Al’Alaq) terdapat peringatan tentang awal mula penciptaan manusia adalah dari segumpal darah. Di antara kemurahan Allah ta’ala adalah mengajarkan kepada manusia tentang hal yang tidak mereka ketahui. Lalu Allah mengangkat derajatnya dan memuliakannya dengan ilmu. Ilmu inilah ukuran yang membedakan antara bapak manusia Adam dengan para malaikat.
Ilmu terkadang terdapat di dalam akal pikiran, terkadang di lisan, terkadang di tulisan tangan. Akal, lisan, dan tulisan. Tulisan selalu berkaitan dengan dua hal lainnya, tidak sebaliknya.
Dalam kaitan metode pendidikan Islam yang mempunyai peran penting dalam pendidikan Islam pada hakekatnya metode adalah suatu penerapan yang dilakukan oleh pendidik. Pada prinsipnya tidak ada metode yang paling ideal untuk semua tujuan pendidikan,semua ilmu dan mata pelajaran, semua pertumbuhan, semua tahap kematangan, semua pendidik, dan semua keadaan, yang meliputi proses pendidikan.
Oleh karena itu tidak bisa dihindarkan pendidik hendaknya mengkombinasikan lebih dari satu metode pendidikan dalam prakteknya dilapangan. Untuk itu sangat penting menerapkan metode yang relevan dengan semua situasi sehingga tujuan dapat tercapai dengan maksimal.




UJI KOMPETENSI

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!

1.        Apakah arti dari surat Al-‘Alaq ….
a)    Manusia                       c) Waktu Subuh
b)   Segumpal Darah          d) Gejolak Api

2.        Surat Al-Alaq termasuk surat ….
a)    Makkiyyah                  c) Suriyyah
b)   Madaniyah                  d) Arabiyah

3.        Arti dari kosah kata اقْرَأْ adalah ….
a)    Menulis                        c) Bacalah
b)   Mendengar                  d) Bebicara


4.         
    Arti dari ayat tersebut adalah ….
             a)    Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
             b)    Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
             c)    Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
            d)   Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

5.        Surat Al-Alaq ayat 1-5 membahas tentang ….
            a)    Belajar/Menuntut Ilmu           c)  Mencari teman
            b)   Menambah hasil kerja             d) Rasa bersyukur

6.        Perintah membaca terdapat dalam Surah Al-‘Alaq ayat ….
a)    1 dan 2                                   c)  1 dan 4
b)   1 dan 3                                   d) 1 dan 5

7.        Isi tafsir ayat 1 surat Al-‘Alaq menerangkan Malaikat Jibril menyuruh Nabi Muhammad untuk mebaca dan menulis hasilnya Nabi tidak bisa membaca dan menulis, istilah lain dalam bahasa arab tidak bisa membaca dan menulis Khusus Nabi Muhammad adalah ….
            a)    Kulsum                                   c)  Assabiqunal Aqqalun
            b)   Ummy                                    d) Ash habul kahfi

8.        Malaikat Jibril datang kepada Nabi Muhammad untuk menurunkan Al-Qur’an tempat tersebut berada di ….
            a)    Gua Sur                                  c) Gua Kabut
            b)   Gua Naar                                d) Gua Hira

9.        Manfaat diturukannya ayat 1-5 untuk manusia adalah ….
            a)    Sebagai petunjuk manusia khususnya menuntut ilmu
            b)    Sebagai ilmu mencari rezeki
           c)    Sebagai dasar untuk mencari keuntungan dunia dan akhirat
          d)   Jawaban a dan c benar

10.    Manusia dianugerahkan oleh Allah di dunia sebagai ….
            a)    Rahmatan lil ‘alamin              c) Alhi Shoqoh
            b)   Ahlin Naar                              d) Ahli ‘ilm




REFERENSI


Al-Imam Muhammad, ’Usman Abdullah, Al-Mirgani, Tajut Tafasir Mahkota Tafsir, Jilid III Surat Ar-Rum 1 s.d Surat An-Nas 6, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), Cet. I.
Departemen Agama Republik indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirannya, Jilid X, (Yogyakarta: Dep. Agama RI, 1990).
http://edukasi.kompasiana.com/2013/02/02/lima-komponen-proses-pendidikan-525124.html, di unduh pada tanggal 25 Maret 2013, pukul 19.39 wib.
http://hadirukiyah2.blogspot.com/2010/01/resume-ii-ideologi-pendidikan-islam.html, di unduh pada tanggal 15 Maret 2013, pukul 19.25 wib.
http://newjoesafirablog.blogspot.com/2012/04/metode-pendidikan-islam.html, di unduh pada tanggal 25 Maret 2013 pukul 19.45 wib.
http://www.artikelbagus.com/2011/06/tujuan-dan-proses-pendidikan.html, di unduh pada tanggal 25 Maret 2013 pukul 19.41 wib.
Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy), (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Cet. IV.



[1] HR. Imam Ahmad, Bukhari dan Muslim.
[2] S.87 (Al’Ala) : 6.