BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sejak awal kehadirannya, Islam telah memberikan
perhatian yang amat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
dalam arti seluas-luasnya. Hal ini antara lain dapat dilihat pada apa yang
secara normatif-teologi ditegaskan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, dan pada apa
yang secara empiris dapat dilihat dalam sejarah. Secara normatif-teologis,
sumber ajaran Islam, al-Qur’an dan al-Sunnah yang diakui sebagai pedoman hidup
yang dapat menjamin keselamatan hidup di dunia dan akhirat, amat memberikan
perhatian yang besar terhadap pendidikan. Demikian pula secara historis
empiris, ummat Islam telah memainkan peranan yang amat signifikan dan
menentukan dalam bidang pendidikan yang hasil-hasilnya hingga kini masih dapat
dirasakan. Kemajuan yang dicapai oleh umat Islam dalam bidang pendidikan pada
khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya telah melampui apa yang dicapai
para pemikiran Yunani klasik seperti Plato dan Aristoteles serta pemikiran
Eropa modern seperti Covernicus, Galilei dan lain sebagainya.
Al-Qu’an adalah
kitab suci, pedoman hidup untuk umat manusia sampai akhir zaman. Tiada kitab
yang sangat spesifik, detail serta akurat salain kitab Al-Qur’an dari kejadian
sebelum dan sesudah terjadi, segala macam hal tertera didalamnya.
Mengikuti alur zaman yang selalu berkembang ini, dan
banyak dari manusia yang hanya mengaku islam tetapi tidak mempelajari dan
mengamalkannya sebagai orang pendidikan
patutlah mempelajari Ilmu yang membahas tentang isi dari Al-Qur’an
diantaranya Ilmu tafsir.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
diuraikan sedikit diatas dapat dirumuskan masalah, yaitu:
B.1
Apa
makna dari kosah kata dalam suart Al-Alaq ayat 1-5 ?
B.2
Apakah isi tafsir yang terkandung dalam surat
Al-Alaq ayat 1-5 ?
B.3
Intisari dari pembahsan surat Al-Alaq ayat 1-5
?
C.
Tujuan
Masalah
C.1 Memahami kosah kata
dalam surat Al-Alaq ayat 1-5
C.2 Mengatahui serta
memahami isi dari surat Al-Alaq ayat 1-5
C.3 Memahami dan
mengamalkan intisari dari surat Al-Alaq ayat 1-5
D.
Manfaat
Masalah
Hasil dari penulisan
ini sedik hanya menambah ilmu pengetahuan, menganalisis surat Al-Alaq ayat 1-5, serta masih banyak manfaat yang pasti belum kami ketahui yang membahas surat
Al-Alaq ayat 1-5. Khususnya untuk penulis
dan semua pihak dari Jurusan Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Kegurusan dan runag lingkup Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E.
Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini secara berurutan
dapat dirinci sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan,
berisi pemaparan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Pembahasan,
rincian surat al’alaq dengan terjemahannya, makna kosa kata, tafsiran ayat dan
hubungan antara surat al’alaq dengan ideologi pendidikan islam.
BAB III : Penutup
berisi pemaparan tentang kesimpulan dan evaluasi.
BAB
II
MATERI
INTI
A.
Teks
Al-Qur’an dan Terjemahnya
Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha
Mengasihani.
- Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (sekalian makhluk),Ia menciptakan manusia dari sebuku darah beku;Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, -Yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan, -
Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
B.
Makna
Kosa Kata (Mufradat’)
اقْرَأْ : bacalah
رَبِّكَ
بِاسْمِ : dengan menyebut nama Tuhanmu
خَلَقَ
الَّذِي : Yang menciptakan
الْإِنسَانَ خَلَقَ : Dia
telah menciptakan manusia
عَلَقٍمِنْ
: dari ‘alaq
الْأَكْرَمُ
وَرَبُّكَ : dan Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah
عَلَّمَ
الَّذِي : Yang mengajar
بِالْقَلَمِ : dengan qalam
الْإِنسَانَ
عَلَّمَ : Dia
mengajarkan kepada manusia
يَعْلَمْ
لَمْ مَا : apa
yang tidak diketahuinya
C.
Tafsir
Ayat
Tafsiran
Ayat ke 1 :
1) Dalam
hadis sahih riwayat Bukhari dinyatakan bahwa ke gua Hira’ suatu gua yang terletak
di atas sebuah bukit pinggir kota mekah untuk berkhalwat beberapa malam.
Kemudian sekembali beliau pulang mengambil bekal dari rumah isteri beliau,
Khadijah, datanglah Jibril kepada beliau dan menyuruhnya membaca.
Nabi menjawab : “Aku tidak bisa membaca”.
Jibril merangkulnya sehingga Nabi merasa sesak nafas. Jibril melepaskannya
sambil berkata : “Bacalah”. Nabi menjawab : “Aku tidak bisa membaca”. Lalu
dirangkulnya lagi dan dilepaskannya sambil berkata : “Bacalah”. Nabi menjawab :
“Aku tidak bisa membaca” sehingga Nabi merasa payah, maka Jibril membacakan
ayat 1 sampai ayat 5 surat Al ‘Alaq yang artinya.
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptkan.
Dia
telah menciptakan manusia dari (sesuatu) yang melekat. Bacalah !,
dan
Tuhanmu Yang Paling Pemurah.
Yang
mengajar (manusia) dengan perantara kalam.
Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Lalu Nabi saw dengan gemetar dan
ketakutan pulang menemui isteri beliau dan mengatakan : “Selimutilah aku !
Selimutilah aku !”. nabi terus diselimuti sehingga hilanglah kegelisahannya.
Lalu beliau menceritakan kepada Khadijah apa yang terjadi, dan beliau
menambahkan : “Aku sangat kuatir apa yang akan terjadi atas diriku”. Khadijah
berkata : “Tak usah kuatir; malah seharusnya engkau gembira; demi Allah
sekali-kali Tuhan tidak akan menyusahkanmu. Engkau menghubungkan silaturrahmi,
berbicara benar, membantu orang-orang yang tidak mampu, menghormati tamu dan
meringankan kesulitan-kesulitan penderita”.
Kemudian Khadijah membawa Nabi saw menemui
Waraqah bin Naufal (anak paman Khadijah). Waraqah bin Naufal ini adalah seorang
beragama Nasrani. Ia banyak menulis buku yang berhasa Arab dan berbahasa Ibrani
yang berasal dari Injil. Ia adalah seorang tua lagi buta.
Khadijah berkata kepadanya : “Wahai anak
pamanku, dengarlah cerita dari anak saudaramu ini !”. Lalu waraqah bertanya :
“Apakah yang ingin engkau ketahui wahai anak saudaraku?”. Lalu Nabi saw
menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi di gua Hira’. Kemudian Waraqah
berkata : “Itu adalah Jibril yang pernah datang menemui Isa as; sekiranya saya
ini seorang pemuda yang tangkas dan kiranya saya masih hidup ketika kaummu
mengusirmu”, maka Nabi bertanya : “Apakah mereka akan mengusir aku?”. Jawab
Waraqah : “Ya! hanya sedikit yang mengemban apa yang engkau bawa ini dan banyak
yang memusuhinya, maka jika aku masih kuat hidup di waktu itu pasti aku akan
membantumu sekuat-kuatnya”. Tidak lama sesudah itu Waraqah pun meninggal dunia.[1]
Berdasarkan hadis tersebut jelaslah
bahwa lima ayat pertama surat Al’Alaq ini adalah ayat-ayat Al Qur’an yang
pertama kali diturunkan sebagai rahmat dan panggilan Allah yang pertama kali
yang dihadapkan kepada Nabi saw.
Adapun ayat-ayat lainnya diturunkan
sesudah tersiarnya berita kerasulan Nabi saw dan sesudah Nabi mulai mengajak
orang-orang beriman kepadanya. Ajakan Nabi ini pada mulanya disambut oleh
sebahagian kecil orang-orang Quraisy, sedang kebanyakan mereka mengejek-ejek
orang yang telah beriman dan berusaha agar jangan beriman kepada agama yang di
bawa Muhammad dari Tuhannya.
Allah menyuruh Nabi agar membaca, sedang
beliau tidak pandai membaca dan menulis, maka dengan kekuasaan Allah ini beliau
dapat mengikuti ucapan Jibril. Dan Allah akan menurunkan kepadanya suatu Kitab
yang akan menjadi petunjuk bagi manusia.
Maksudnya, bahwa Allah yang menjadikan
dan menciptakan seluruh makhluk-Nya dari tidak ada kepada ada, sanggung menjadi
Nabi Nya pandai membaca tanpa belajar.
Tafsiran
Ayat ke 2 :
2) Dalam
ayat ini Allah mengungkapkan cara bagaimana ia menjadikan manusia; yaitu
manusia sebagai makhluk yang mulia dijadikan Allah dari sesuatu yang melekat
dan diberinya kesanggupan untuk menguasai segala sesuatu yang ada di bumi ini
serta menundukkannya untuk keperluan hidupnya dengan ilmu yang diberikan Allah
kepadanya. Dan Dia berkuasa pula menjadikan insan kamil ( manusia yang sempurna
) di antara manusia, seperti Nabi saw yang pandai membaca walaupun tanpa
belajar.
Tafsiran
Ayat ke 3 :
3) Dalam
ayat ini Allah SWT memerintahkan kembali Nabi Nya untuk membaca, karena bacaan
tidak dapat melekat pada diri seseorang kecuali dengan mengulang-ngulangi dan
membiasakannya, maka seakan-akan peirntah demikian isi bacaan itu menjadi satu
dengan jiwa Nabi saw sesuai dengan maksud firman Allah dalam ayat yang lain pada surat Al'Ala ayat 6 yang artinya :
Kami akan membacakan (Al Qur’an)
kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa.[2]
Nabi
saw dapat membaca adalah dengan kemurahan Allah. Dia mengabulkan permintaan
orang-orang yang meminta kepada Nya, maka dengan limpahan karunia Nya dijadikan
Nabi Nya pandai membaca. Dengan demikian hilanglah keuzuran Nabi saw yang
beliau kemukakan kepada Jibril ketika menyuruh beliau membaca : “Saya tidak
pandai membaca, karena saya seorang buta huruf yang tak pandai membaca dan
menulis”.
Tafsiran Ayat ke 4 :
4) Kemudian
dengan ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia menyediakan kalam sebagai alat
untuk menulis, sehingga tulisan itu menjadi penghubung antar manusia walaupun
mereka berjauhan tempat, sebagaimana mereka berhubungan dengan perantaraan
lisan. Kalam sebagai benda pada yang tidak dapat bergerak dijadikan alat
informasi dan komunikasi, maka apakah sulitnya bagi Allah menjadi Nabi Nya
sebagai manusia pilihan Nya bisa membaca, berorientasi dan dapat pula mengajar.
Allah
menyatkan bahwa Dia menjadikan manusia dari ‘Alaq lalu diajarinya berkomunikasi
dengan perantaraan kalam. Pernyataan ini menyatakan bahwa manusia diciptakan
dari sesuatu bahan hina dengan melalui proses, sampai kepada kesempurnaan
sebagai manusia sehingga dapat mengetahui segala rahasia sesuatu, maka
seakan-akan dikatakan kepada mereka, “Perhatikanlah hai manusia bahwa engkau
telah berubah dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat yang paling mulia,
hal mana tidak mungkin terjadi kecuali dengan kehendak Allah Yang Maha Kuasa
dan Maha Bijaksana menciptakan segala sesuatu sesuai dengan kehendak Nya.
Tafsiran Ayat ke 5 :
5) Kemudian
dalam ayat ini Allah menambahkan keterangan tentang limpahan karunia Nya yang
tidak terhingga kepada manusia, bahwa Allah yang manjadikan Nabi Nya pandai
membaca. Dia lah Tuhan yang mengajar manusia bermacam-macam ilmu pengetahuan
yang bermanfaat baginya yang menyebabkan dia lebih utama dari pada
binatang-binatang, sedangkan manusia pada permulaan hidupnya tidak mengetahui
apa-apa. Oleh sebab itu apakah menjadi suatu keanehan bahwa Dia mengajar Nabi
Nya pandai membaca dan mengetahui bermacam-macam ilmu pengetahuan serta Nabi
saw sanggup menerimanya.
Dengan
ayat-ayat ini terbuktilah tentang tingginya nilai membaca, menulis dan berilmu
pengetahuan. Andaikata tidak karena kalam niscaya banyak ilmu pengetahuan yang
tidak terpelihara dengan baik, banyak penelitian yang tidak tercatat dan banyak
ajaran agama hilang, pengetahuan orang dahulu kala tidak dapat dikenal oleh
orang-orang sekarang baik ilmu, seni dan ciptaan-ciptaan mereka.
Demikian
pula tanpa pena tidak dapat diketahui sejarah orang-orang yang berbuat baik
atau yang berbuat jahat dan tidak ada pula ilmu pengetahuan yang menjadi pelita
bagi orang-orang yang datang sesudah mereka. Lagi pula ayat ini sebagai bukti
bahwa manusia yang dijadikan dari benda mati yang tidak berbentuk dan tidak
berupa dapat dijadikan Allah menjadi manusia yang sangat berguna dengan
mengajarinya pandai menulis, berbicara dan mengetahui semua macam ilmu yang
tidak pernah diketahuinya.
D.
Hubungan
Surat Al’Alaq dengan Ideologi Pendidikan Islam
Sejak awal abad 20 sampai
sekarang humanisme merupakan konsep kemanusiaan yang sangat berharga
karena konsep ini sepenuhnya memihak pada manusia, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia dan menfasilitasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia untuk
memelihara dan menyempurnakan keberadaannya sebagai makhluk mulia. Demikian
berharganya konsep ini humanisme ini, maka terdapat sekurang-kurangnya empat
aliran penting yang mengklaim sebagai pemilik asli konsep humanisme, yaitu 1)
Liberalisme Barat, 2) Marxisme, 3) Eksistensialisme, dan 4) Agama.
Keempatnya memiliki titik-titik
kesepakatan mengenai prinsip-prinsip dasar kemanusiaan sebagai nilai universal.
Dalam hal ini Ali Syari’ati mendeskripsi ke dalam tujuh prinsip, yaitu :
1.
Manusia adalah
makhluk asli, artinya ia mempunyai substansi yang mandiri di antara
makhluk-makhluk lain, dan memiliki esensi kemuliaan.
2.
Manusia adalah
makhluk yang memiliki kehendak bebas yang merupakan kekuatan paling besar dan luar
biasa. Kemerdekaan dan kebebasan memilih adalah dua sifat ilahiah yang
merupakan ciri menonjol dalam diri manusia.
3.
Manusia adalah
makhluk yang sadar (berpikir) sebagai karakteristik manusia yang paling
menonjol. Sadar berarti manusia dapat memahami realitas alam luar dengan
kekuatan berpikir.
4.
Manusia adalah
makhluk yang sadar akan dirinya sendiri, artinya dia adalah makhluk hidup
satu-satunya yang memuliki pengetahuan budaya dan kemampuan membangun
perasadaban.
5.
Manusia adalah
makhluk kreatif, yang menyebabkan manusia mampu menjadikan dirinya makhluk
sempurna di depan alam dan dihadapan tuhan.
6.
Manusia makhluk
yang punya cita-cita dan merindukan sesuatu yang ideal, artinya dia tidak
menyerah dan menerima “apa yang ada”, tetapi selalu berusaha megubahnya menjadi
“apa yang semestinya”.
7.
Manusia adalah
makhluk moral, yang hal ini berkaitan dengan masalah nilai (value).
Humanisme yang diangkat menjadi
paradigma ideologi Islam pada dasarnya juga bertolak dari ketujuh prinsip dasar
kemanusiaan tersebut yang implisit dalam konsep fitrah manusia. Namun demikian,
humanisme dalam pandangan Islam tidak dapat dipisahkan dari prinsip
teosentrisme. Dalam hal ini, keimanan ”tauhid” sebagai inti ajaran Islam,
menjadi pusat seluruh orientasi nilai. Namun perlu diperjelas, bahwa semua itu
kembali untuk manusia yang dieksplisitkan dalam tujuan risalah Islam, Rahmatan
lil ’alamin (rahmat bagi seluruh alam).
Dalam ideologi pendidikan islam
terdapat proses pendidikan, metode pendidikan, dan juga media/alat pendidik,
diantara ketiga tersebut akan dibahas dibawah ini, yaitu :
a)
Proses Pendidikan
Proses
pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana
proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan
pendidikan. Kualitas
proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen
dan kualitas pengelolaannya. Kedua segi tersebut satu sama lain saling
tergantung. Walaupun komponen-komponennya cukup baik, seperti tersedianya
prasarana dan sarana serta biaya yang cukup, juga ditunjang dengan pengelolaan
yang andal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara optimal. Demikian
pula bila pengelolaan baik tetapi di dalam kondisi serba kekurangan, akan mengakibatkan
hasil yang tidak optimal.
Dalam proses pendidikan pun terdapat
lima komponen yang diperlukan dalam proses pendidikan, yaitu :
1.
Anak Didik.
Anak didik merupakan pusat proses
pendidikan. Ibarat lakon dalam sinetron, mereka yang menjadi peran utama dalam
setiap proses pendidikan. Peran utama tidak boleh melakukan adegan diluar
skenario yang telah digariskan. Peran utama justru dianjurkan untuk
melakukan improvisasi. Pemain hanya bisa memilih sebelum lakon dikumandangkan.
Mau jenis laga, drama, atau humor.
2.
Orang Tua.
Sebelum pendidikan yang seperti kita
sekarang kita kenal, orang tua berperan sebagai pendidik utama. Tak heran, bila
orang tua berprofesi pedagang, akan mengular sampai sekian keturunan memilih
profesi pedagang. Karena sesungguhnya orang tua berperan sebagai pelatih,
mentor, penyelesai masalah dalam lingkungan keluarga.
Pendidikan yang sesungguhnya ada
dalam keluarga. Keluarga yang sangat berpengaruh dalam perkembangan proses
pendidikan. Hampir bisa dipastikan, bahwa orang sukses dikarenakan faktor
keluarga.
3.
Guru.
Setelah pendidikan mengalami
perkembangan yang signifikan, tidak mungkin seseorang menguasai berbagai macam
ilmu. Oleh karenanya, keluarga mulai rela melepas proses pendidikan yang semula
di rumah, berpindah ke lembaga pendidikan. Guru yang menerima estafet amanah
untuk membimbing, memiliki peran yang sentral. Karena kedudukan guru sebagai
pendidik, pengajar, berperan sebagai model.
Peran guru yang demikian komplek,
mengharuskan selalu menata ulang tata kelola guru. Tata kelola ini mengarah
kepada kepribadian dan profesi. Kalau diibaratkan, bateray harus selalu dalam
kondisi penuh. Selalu dicharge secara terus-menerus.
4.
Sekolah.
Hemat penulis, seharusnya sekolah
harus dipilah dengan peran guru. Sekolah mestinya lebih fokus dalam menangani
sarana, system, metode dan teknis. Maka kalau ada lembaga pendidikan yang telah
memilah urusannya masing-masing, model lembaga pendidikan semacam ini bisa
dijadikan contoh. Misalnya, Kepala Sekolah hanya konsentrasi pada kegiatan
pembelajaran. Sementara ada sebuah tim yang telah memikirkan sarananya. Ada tim
yang telah menyiapkan dana.
5.
Lingkungan Masyarakat.
Inilah satu komponan yang terkadang
menjadi kambing hitam. Bila ada siswa yang tidak mentaati tata tertib, akan
dengan mudah menuding karena pengaruh lingkungan. Kalau ada sekolah yang sudah
berpuluh tahun tidak berprestasi, akan dengan mudah karena lingkungan tidak
mendukung. Selama sekolah tidak bisa merangkul masyarakat, maka sekolah itu tak
akan pernah mendapat dukungan masyarakat.
b) Metode
Pendidikan
Pendidikan Islam dalam
pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan
kependidikannya kearah tujuan yang dicita-citakan. bagaimana baik dan sempurnanya
kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa, manakala tidak
memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta
didik .
Secara literal metode berasal dari
bahasa Greek yang terdiri dari dua kata, yaitu meta yang berarti melalui dan
hodos yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui, sebagai
dikutip oleh Mohammad Noor Syam secara teknis menerangkan bahwa metode adalah :
2.
Suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari
ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu.
3.
Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu
prosedur.
Sementara Al-Syaebany, menjelaskan
bahwa metode pendidikan adalah segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan
oleh guru dalam rangaka memberikan pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri
perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitar untuk mencapai proses
belajar yang diinginkan.
BAB III
PENUTUP
Simpulan :
1. Manusia
dijadikan dari ’Alaq (yang melekat)
2. Perintah
menyuruh baca kepada Nabi Muhammad saw dan dengan perintah tersebut Nabi terus
pandai membaca.
3. Manusia
yang pada mulanya tidak mengetahui apa-apa, lalu pandai membaca, menulis dan
mendapat ilmu pengetahuan berharga.
Di dalam ayat-ayat ini (surat Al’Alaq) terdapat peringatan tentang
awal mula penciptaan manusia adalah dari segumpal darah. Di antara kemurahan
Allah ta’ala adalah mengajarkan kepada manusia tentang hal yang tidak mereka
ketahui. Lalu Allah mengangkat derajatnya dan memuliakannya dengan ilmu. Ilmu
inilah ukuran yang membedakan antara bapak manusia Adam dengan para malaikat.
Ilmu terkadang terdapat di dalam akal pikiran, terkadang di lisan,
terkadang di tulisan tangan. Akal, lisan, dan tulisan. Tulisan selalu berkaitan
dengan dua hal lainnya, tidak sebaliknya.
Dalam
kaitan metode pendidikan Islam yang mempunyai peran penting dalam pendidikan
Islam pada hakekatnya metode adalah suatu penerapan yang dilakukan oleh
pendidik. Pada prinsipnya tidak ada metode yang paling ideal untuk semua tujuan
pendidikan,semua ilmu dan mata pelajaran, semua pertumbuhan, semua tahap
kematangan, semua pendidik, dan semua keadaan, yang meliputi proses pendidikan.
Oleh karena itu tidak bisa
dihindarkan pendidik hendaknya mengkombinasikan lebih dari satu metode
pendidikan dalam prakteknya dilapangan. Untuk itu sangat penting menerapkan
metode yang relevan dengan semua situasi sehingga tujuan dapat tercapai dengan
maksimal.
UJI KOMPETENSI
Jawablah pertanyaan dibawah ini
dengan baik dan benar!
1.
Apakah
arti dari surat Al-‘Alaq ….
a)
Manusia c) Waktu Subuh
b)
Segumpal
Darah d) Gejolak Api
2.
Surat
Al-Alaq termasuk surat ….
a)
Makkiyyah c) Suriyyah
b)
Madaniyah d) Arabiyah
3.
Arti
dari kosah kata اقْرَأْ adalah ….
a)
Menulis c) Bacalah
b)
Mendengar d) Bebicara
a) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan,
b) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
c) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
d) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
5.
Surat
Al-Alaq ayat 1-5 membahas tentang ….
a) Belajar/Menuntut Ilmu c)
Mencari teman
b) Menambah hasil kerja d) Rasa bersyukur
6.
Perintah
membaca terdapat dalam Surah Al-‘Alaq ayat ….
a)
1
dan 2 c) 1 dan 4
b)
1
dan 3 d) 1 dan 5
7.
Isi
tafsir ayat 1 surat Al-‘Alaq menerangkan Malaikat Jibril menyuruh Nabi Muhammad
untuk mebaca dan menulis hasilnya Nabi tidak bisa membaca dan menulis, istilah
lain dalam bahasa arab tidak bisa membaca dan menulis Khusus Nabi Muhammad
adalah ….
a) Kulsum c) Assabiqunal Aqqalun
b) Ummy d) Ash habul
kahfi
8.
Malaikat
Jibril datang kepada Nabi Muhammad untuk menurunkan Al-Qur’an tempat tersebut
berada di ….
a) Gua Sur c) Gua Kabut
b) Gua Naar d) Gua Hira
9.
Manfaat
diturukannya ayat 1-5 untuk manusia adalah ….
a)
Sebagai
petunjuk manusia khususnya menuntut ilmu
b)
Sebagai
ilmu mencari rezeki
c)
Sebagai
dasar untuk mencari keuntungan dunia dan akhirat
d)
Jawaban
a dan c benar
10.
Manusia
dianugerahkan oleh Allah di dunia sebagai ….
a) Rahmatan lil ‘alamin c) Alhi Shoqoh
b) Ahlin Naar d) Ahli ‘ilm
REFERENSI
Al-Imam
Muhammad, ’Usman Abdullah, Al-Mirgani, Tajut
Tafasir Mahkota Tafsir, Jilid III Surat Ar-Rum 1 s.d Surat An-Nas 6,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), Cet. I.
Departemen
Agama Republik indonesia, Al-Qur’an dan
Tafsirannya, Jilid X, (Yogyakarta: Dep. Agama RI, 1990).
http://edukasi.kompasiana.com/2013/02/02/lima-komponen-proses-pendidikan-525124.html,
di unduh pada tanggal 25 Maret 2013, pukul 19.39 wib.
http://hadirukiyah2.blogspot.com/2010/01/resume-ii-ideologi-pendidikan-islam.html,
di unduh pada tanggal 15 Maret 2013, pukul 19.25 wib.
http://newjoesafirablog.blogspot.com/2012/04/metode-pendidikan-islam.html,
di unduh pada tanggal 25 Maret 2013 pukul 19.45 wib.
http://www.artikelbagus.com/2011/06/tujuan-dan-proses-pendidikan.html,
di unduh pada tanggal 25 Maret 2013 pukul 19.41 wib.
Nata,
Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan
(Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy), (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Cet. IV.